Berpuluh masa Warta menempuh hidup di jalan pena
belum cukup banyak ia mereguk tinta
tapi beribu tempat ia singgahi, beribu watak ia kenali
tiba waktunya ia bertemu petani di pelosok dusun
nun di puncak gunung berapi
sampailah ia pada abstraksi: dunia Warta serupa dunia petani
bukalah blocknote-nya, periksa salah satu catatan hariannya
Mata bajak mengolah tanah, menyuburkan sawah
tempat benih padi dan palawija disemai, dirawat, dan dituai
Mata pena mengungkap fakta, melaporkan kebenaran di lembaran koran – majalah,
layar televisi, situs dunia maya, dan gelombang radio siaran
Mata pembaca menelisik akurasi
Mata hatinya mendeteksi independensi
Asah mata penamu dengan sebongkah kejujuran dan tinta keberimbangan
ia akan menguat, menajam – tak mudah patah dan berkarat
seperti buah padi dan palawija yang benihnya dirawat dengan cinta dan kesabaran petani
Industri informasi bukanlah pabrik kata-kata, siasat retorika, dan muslihat diplomasi
pun, mesin robot pabrik masih butuh tangan-tangan manusia yang menakarnya dengan perasaan, pikiran, dan perhitungan-perhitungan
Maka, beri kami ruang buat berkumpul, berserikat
beri kami waktu buat membangun kubu
tempat kami berbagi asa, menimbang hak dan kewajiban
tempat kami mengoreksi kerja
Dan, tempat engkau menghitung laba dan memberi nilai kami punya prestasi
tempat engkau menimbang kembali:
industri media bukan keranjang sampah masalah orang bermasalah
Kami berani jamin, berita, analisis – gambar, foto dari pena, kamera, dan suara kami tak akan basi
ia akan aktual sepanjang masa karena setiap pikiran dan peristiwa yang menjadi serpihan-serpihan sejarah
akan selalu dikenang di masa kemudian
Berkumpul, berserikat bukan untuk menggunjing dan apalagi merongrong
sebaliknya, dari keluh dan gunjingan bisa jadi berakibat kebangkrutan…!
Yogyakarta, May Day 2011
Salam Serikat,
R. Toto Sugiharto